Memasuki Era Milennial, Potensi Kerajinan Rajut Masih Besar

Siapa sangka merajut kini bisa menjadi lahan bisnis yang cukup menjanjikan. Berbekal kreativitas, kegiatan tersebut bisa menghasilkan beragam produk unik dan bernilai jual. Apabila dahulu rajutan identik dengan pakaian, saat ini rajut mulai merambah ke tas rajut, bahkan barang-barang accessoris rumah tangga.

Selain tampak modis, sentuhan rajut pada produk accesoris fashion tersebut juga menimbulkan kesan kasual. Hal tersebut membuat penggunanya terlihat unik dibandingkan dengan produk accesoris fashion konvensional.Bagi kaum hawa, tas rajut tersebut bisa menjadi aksen tersendiri dalam kelengkapan gaya berbusana. Sebab, aneka aksesoris itu bisa dipadukan dengan berbagai macam gaya busana, mulai dari formal hingga kasual.

Salah satu hasil dari program Desmigratif yang digalakan sejak tahun 2019 lalu ialah, usaha kerajinan tas rajut dari ibu-ibu warga Desa Jatidowo. Sejak awal mendirikan bisnis rajutan, para ibu mengaku belum mempekerjakan seorang karyawan. Semua di lakukan sendiri termasuk mendesain model produknya. Bahkan, dalam hal pemasaran, ibu-ibu ini mengandalkan media sosial Instagram.

Saat ini memasarkan produk secara online merupakan cara paling efektif untuk bias menjangkau konsumen dari berbagai kalangan. Pemasaran tas rajut ini sendiri dilakukan secara kolektif. Yakni, ibu-ibu memroduksi tas rajut tersebut dari rumah masing-masing lalu secara kolektif dijual di satu akun media social daring yakni Instagram.

Bisnis ini sangat diminati banyak khalayak ramai, karena beberapa pelanggan merasa harga yang dibanderol cukup terjangkau. Oleh karena itu, seiring berjalannya waktu, pangsa pasarnya terus bertambah. Selain dari lingkaran pertemanan, produk tas rajut kini juga diminati berbagai kalangan, mulai dari pelajar hingga kalangan kelas menengah ke atas. Harga produk rajutan ini dibanderol mulai dari Rp25.000 hingga Rp250.000 per barang.

Bagaimana reaksi anda mengenai artikel ini ?